Kamis, 16 Desember 2021

Kemana Perginya Si Raksasa Seratus Mata?

Tidak ada yang tahu nasib salah satu fauna endemik dari tanah Sumatera Barat, Burung Kuau Raja yang kini sudah masuk dalam kategori Near Threatened (hampir terancam punah) oleh IUCN Redlist. Pemerintah juga telah menetapkan Burung Kuau Raja sebagai fauna yang dilindungi dengan dikeluarkannya PP No. 7 Tahun 1999 dan PERMENHUT No 57 tahun 2008. Burung yang dalam bahasa latin bernama Argusianus argus ini juga dijuluki "Si Raksasa Seratus Mata" karena memiliki bulu yang sangat indah, sayap yang lebar serta memiliki bulu ekor yang panjang dengan bintik-bintik besar menyerupai mata. Meskipun ia memiliki keindahan dalam bentuknya, hal itu tak sejalan dengan nasibnya yang kini termasuk dalam spesies hewan langka, yang mana hal ini disebabkan oleh maraknya perdagangan liar yang dilakukan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab. Sejalan dengan itu, keindahan bulu serta daging burung Kuau Raja membuat pelaku perdagangan liar tertarik untuk menjualnya hingga populasinya berkurang setiap harinya.

Tak berhenti sampai disitu, terancamnya spesies burung Kuau Raja juga disebabkan oleh rusaknya habitat alami yang dipicu oleh tindakan manusia dengan membakar dan menebang pohon-pohon di hutan untuk dijadikan lahan baru perkebunan. Melihat kondisi Burung Kuau Raja yang semakin memprihatinkan, maka pemerintah dan pihak swasta langsung bergerak untuk menyelamatkan spesies burung yang hidup di ranah Minang ini dengan mengembangkan berbagai program konservasi satwa liar. Salah satunya dengan mendirikan kawasan-kawasan konservasi seperti taman nasional, cagar alam, dan kawasan konservasi lainnya. Hal ini dapat dilihat dengan telah dibangunnya Hutan Konservasi Kalaweit Supayang di Sumatera Barat yang dijadikan sebagai tempat rehabilitasi satwa khususnya mamalia dan primata. Meskipun kawasan konservasi ini telah dibangun dengan tujuan untuk menyelamatkan spesies hewan yang hampir punah, namun kawasan konservasi ini belum mampu sepenuhnya untuk meningkatkan jumlah populasi dari Burung Kuau Raja yang dijadikan maskot dari provinsi Sumatera Barat ini.

Hal ini juga tidak terlepas dari maraknya kegiatan perdagangan hewan secara liar yang dilakukan oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab. Tentunya hal ini tak sejalan dengan program pemerintah yang mana mengharuskan kepada masyarakat untuk menjadi pihak yang melindungi dan melestarikan spesies Burung Kuau Raja yang sudah terancam punah. Bergesernya nilai-nilai dalam masyarakat yang seharusnya melindungi, bukan mengancam keberadaan Burung Kuau Raja disebabkan oleh berbagai faktor. Langkah yang dapat diambil untuk mengurangi dan mencegah perburuan liar yang dilakukan oleh masyarakat terhadap Burung Kuau Raja ialah dengan melakukan pendekatan melalui aspek sosial dan ekonomi. Dimana pendekatan melalui aspek sosial ekonomi dianggap sebagai langkah strategis mengingat sebagian besar masyarakat masih mengandalkan dan menggantungkan pemenuhan kebutuhan sehari-harinya dari sumber daya alam yang ada di hutan. Oleh karena itu, upaya pencegahan perburuan liar melalui kegiatan pendampingan masyarakat di sekitar habitat Kuau Raja dapat mengacu pada tiga kegiatan besar yaitu pengelolaan sumber daya alam secara berkesinambungan, pendapatan alternatif (antara lain melalui skema kerajinan rumah tangga dan ekowisata), dan peningkatan kesadartahuan.

(Hafizah Zakiyah dan Salsabila Luqyana)

Sumber Gambar: jalaksuren.net

 

Rabu, 12 September 2018

Diet of Presbytis Melalophos

Black-crested Sumatran Langur Presbytis melalophos


image from iNaturalist
Black-crested Sumatran Langurs eat young leaves, unripe fruits, flowers (e.g. Erythrina indica, Fabaceae), mature leaves, and seeds. In Bukit Sebelah Protection Forest, much of the diet consists of leaves of Hevea brasiliensis (Euphorbiace· ae) and Ficus variegata (Moraceae), and feed mainly at 15- 20 m above the ground.

Presbytis melalophos travel along the same road and feed from the same food basically. In Kuala lumpur, they are attracted to large rare food resources. The food trees are widely spaced, and each species was highly seasonal which might indicate a larger home range. They eat mostly young leaves and reproductive parts of trees. Their favorite items were only available from any one tree species for a short time. The distribution and size of the tree they feed might influence their home range and feeding habit.

Half of their time eating foliage while half of their time eating fruits and seeds. For leaves, they are able to eat foliage from many of the common tree species which can lead to a relatively smaller home range and higher population density. They prefer those with high digestibility (relatively low levels of fiber) and high levels of protein → young leaves. For seeds and fruits, they prefer those with high concentrations of storage carbohydrates or fats, but not those rich in simple sugars. 


References

[1] RA Mittermeier,AB Rylands,DE Wilson. Handbook of the Mammals of the World: v. 3 Primates[M]. Inbunden, 2013.
[2] Bennett E L. Environmental Correlates of Ranging Behaviour in the Banded Langur, Presbytis melalophos[J]. Folia Primatologica, 1986, 47(1):26-38.
[3] Davies A G, Bennett E L, Waterman P G. Food selection by two South‐east Asian colobine monkeys (Presbytis rubicunda and Presbytis melalophos) in relation to plant chemistry[J]. Biological Journal of the Linnean Society, 1988, 34(1):33-56.


Kemana Perginya Si Raksasa Seratus Mata?

Tidak ada yang tahu nasib salah satu fauna endemik dari tanah Sumatera Barat, Burung Kuau Raja yang kini sudah masuk dalam kategori Near Thr...